Artwork

A tartalmat a Erastus Sabdono biztosítja. Az összes podcast-tartalmat, beleértve az epizódokat, grafikákat és podcast-leírásokat, közvetlenül a Erastus Sabdono vagy a podcast platform partnere tölti fel és biztosítja. Ha úgy gondolja, hogy valaki az Ön engedélye nélkül használja fel a szerzői joggal védett művét, kövesse az itt leírt folyamatot https://hu.player.fm/legal.
Player FM - Podcast alkalmazás
Lépjen offline állapotba az Player FM alkalmazással!

Di Ujung Waktu

 
Megosztás
 

Manage episode 414788103 series 2550505
A tartalmat a Erastus Sabdono biztosítja. Az összes podcast-tartalmat, beleértve az epizódokat, grafikákat és podcast-leírásokat, közvetlenül a Erastus Sabdono vagy a podcast platform partnere tölti fel és biztosítja. Ha úgy gondolja, hogy valaki az Ön engedélye nélkül használja fel a szerzői joggal védett művét, kövesse az itt leírt folyamatot https://hu.player.fm/legal.

Kita jangan banyak berdebat, sebab teologi itu bisa lentur, seperti karet, ditarik ke sana dan ke sini. Perkataan itu relatif, tapi perilaku itu mutlak, karena dirasakan. Satu kali orang bisa pura-pura, dua kali bisa kamuflase, tiga kali bisa munafik, empat kali bisa berperan, tapi 5, 6, 7 kali kita tidak bisa sembunyikan siapa kita sebenarnya. Jadi, hidup kita bisa menjadi alat peraga Tuhan, karena memang Tuhan mau menyentuh orang lain lewat hidup kita, bagaimana perasaan-Nya dihidupkan di dalam perasaan kita. Maka Paulus mengatakan, “Miliki pikiran dan perasaan Kristus.”

Allah mau hadir di dalam kehidupan manusia. Dan Yesus adalah gambar Allah, sebagaimana dikatakan dalam Kolose 1:15, “Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan Allah.” Tindakan-Nya menunjukkan siapa Allah yang benar itu. Dan kita pun harus mendeklarasikan bagaimana Allah yang benar itu lewat kelakuan kita. Tanpa itu, kekristenan kita hanya omong kosong.

Di dalam Matius 5:44-45 dikatakan, “Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di surga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.” Tuhan mau supaya kita menjadi anak-anak Bapa di surga. Namun bukan anak-anak Bapa dalam arti hanya status, melainkan menjadi orang yang memperagakan pikiran dan perasaan Bapa. Maka mulailah bertobat hari ini, mulailah diubahkan Tuhan, kita semua harus berubah.

Kita masih melihat ada manusia lama di dalam diri kita, namun kita harus membunuh dan mematikan itu. Sebab kalau dituruti, dia muncul, dan dia terperagakan, dia terpersonifikasikan. Tapi, kalau kita kita mendengar Roh, kita mempersonifikasikan Allah dalam hidup kita. Prinsip hidup kita adalah: “Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku” (Gal. 2:20). Maka hidup kita pasti diurapi oleh Allah, dipenuhi oleh Allah, dan memperagakan hidup-Nya Allah. Itulah Kristen sejati.

Alkitab mengatakan, yang berhak mengaku Kristen adalah dia yang kelakuannya seperti Kristus. Tapi kita melihat dalam diri kita ada monster yang belum mati, yang tahu momentum yang tepat untuk menerkam orang, menyakiti orang, menjatuhkan orang, merendahkan orang, menyingkirkan orang, melukai orang. Kita tidak boleh memberi kesempatan. Sebab ini adalah pangkalan, baju yang bisa dipakai setan. kita harus membuangnya, sehingga ketika setan mau bertindak, mau mengenakan diri kita, tidak ada pangkalan.

Sebaliknya, kita harus memberi tempat kepada Roh Kudus, hidup kita harus menjadi produk Tuhan, sehingga waktu kita menutup mata, tubuh kita dikubur, manusia batiniah kita makin cemerlang, seperti yang dikatakan oleh Rasul Paulus, “Manusia lahiriahku merosot, tapi manusia batiniahku dibarui dari hari ke sehari.” Namun kenyataan yang kita lihat hari ini, tidak sedikit orang Kristen yang boro-boro mengenakan karakter Allah, atau memperagakan hidup-Nya Tuhan, memiliki kelakuan yang baik saja tidak, hidup seturut hukum moral umum pun tidak. Ayat yang mengajarkan, “Apa yang kamu suka orang perbuat kepadamu, buatlah untuk orang lain,” sekarang dibalik, “Apa yang aku tidak suka orang perbuat kepadaku, kubuat untuk orang lain.” Biar dia tahu bagaimana rasanya disakiti, karena dia menyakiti orang. Bagaimana rasanya jika dirusak nama baiknya, karena dia merusak nama baik orang.

Ini adalah potret dari hidup kekristenan yang rusak. Jadi tidak heran kalau di Eropa, di mana pendidikan—teologi khususnya—begitu tinggi, tapi gereja bangkrut, kekristenan habis. Hari ini kita mau belajar dengan rendah hati dan mengakui keadaan kita yang masih carut-marut, compang-camping, masih ada monster yang bisa menguasai diri kita. Maka, jangan sombong, matikan monster itu, dan ini merupakan proses yang berlangsung setiap hari yang kita harus lakukan. Jadi jangan merasa kalau kita sudah ke gereja, berarti kita tidak meninggalkan Tuhan. Padahal pengertian meninggalkan Tuhan bukan hanya orang yang tidak ke gereja lagi, tapi apakah hidup kita benar-benar seturut kehendak Allah.

Jika kita masih memiliki nurani, kita bisa mendengar suara Tuhan, “Mengapa kau tinggalkan Aku?” Hal itu terjadi ketika kita berbuat dosa, pergi ke tempat yang tidak patut, membelanjakan uang sembarangan, atau ketika kita mengambil keputusan untuk kesenangan kita sendiri, kepuasan kita sendiri, apalagi itu melukai orang. Tapi jangan lupa, ada potensi setiap orang untuk menjadi jahat, menjadi bengis, tidak memperagakan kasih Allah, tidak menghasilkan produk Tuhan. Maka mari periksa hidup kita, ketika nanti kita berada di ujung waktu, apakah kita melihat senyum Tuhan?

  continue reading

24 epizódok

Artwork

Di Ujung Waktu

Truth Daily Enlightenment

11 subscribers

published

iconMegosztás
 
Manage episode 414788103 series 2550505
A tartalmat a Erastus Sabdono biztosítja. Az összes podcast-tartalmat, beleértve az epizódokat, grafikákat és podcast-leírásokat, közvetlenül a Erastus Sabdono vagy a podcast platform partnere tölti fel és biztosítja. Ha úgy gondolja, hogy valaki az Ön engedélye nélkül használja fel a szerzői joggal védett művét, kövesse az itt leírt folyamatot https://hu.player.fm/legal.

Kita jangan banyak berdebat, sebab teologi itu bisa lentur, seperti karet, ditarik ke sana dan ke sini. Perkataan itu relatif, tapi perilaku itu mutlak, karena dirasakan. Satu kali orang bisa pura-pura, dua kali bisa kamuflase, tiga kali bisa munafik, empat kali bisa berperan, tapi 5, 6, 7 kali kita tidak bisa sembunyikan siapa kita sebenarnya. Jadi, hidup kita bisa menjadi alat peraga Tuhan, karena memang Tuhan mau menyentuh orang lain lewat hidup kita, bagaimana perasaan-Nya dihidupkan di dalam perasaan kita. Maka Paulus mengatakan, “Miliki pikiran dan perasaan Kristus.”

Allah mau hadir di dalam kehidupan manusia. Dan Yesus adalah gambar Allah, sebagaimana dikatakan dalam Kolose 1:15, “Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan Allah.” Tindakan-Nya menunjukkan siapa Allah yang benar itu. Dan kita pun harus mendeklarasikan bagaimana Allah yang benar itu lewat kelakuan kita. Tanpa itu, kekristenan kita hanya omong kosong.

Di dalam Matius 5:44-45 dikatakan, “Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di surga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.” Tuhan mau supaya kita menjadi anak-anak Bapa di surga. Namun bukan anak-anak Bapa dalam arti hanya status, melainkan menjadi orang yang memperagakan pikiran dan perasaan Bapa. Maka mulailah bertobat hari ini, mulailah diubahkan Tuhan, kita semua harus berubah.

Kita masih melihat ada manusia lama di dalam diri kita, namun kita harus membunuh dan mematikan itu. Sebab kalau dituruti, dia muncul, dan dia terperagakan, dia terpersonifikasikan. Tapi, kalau kita kita mendengar Roh, kita mempersonifikasikan Allah dalam hidup kita. Prinsip hidup kita adalah: “Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku” (Gal. 2:20). Maka hidup kita pasti diurapi oleh Allah, dipenuhi oleh Allah, dan memperagakan hidup-Nya Allah. Itulah Kristen sejati.

Alkitab mengatakan, yang berhak mengaku Kristen adalah dia yang kelakuannya seperti Kristus. Tapi kita melihat dalam diri kita ada monster yang belum mati, yang tahu momentum yang tepat untuk menerkam orang, menyakiti orang, menjatuhkan orang, merendahkan orang, menyingkirkan orang, melukai orang. Kita tidak boleh memberi kesempatan. Sebab ini adalah pangkalan, baju yang bisa dipakai setan. kita harus membuangnya, sehingga ketika setan mau bertindak, mau mengenakan diri kita, tidak ada pangkalan.

Sebaliknya, kita harus memberi tempat kepada Roh Kudus, hidup kita harus menjadi produk Tuhan, sehingga waktu kita menutup mata, tubuh kita dikubur, manusia batiniah kita makin cemerlang, seperti yang dikatakan oleh Rasul Paulus, “Manusia lahiriahku merosot, tapi manusia batiniahku dibarui dari hari ke sehari.” Namun kenyataan yang kita lihat hari ini, tidak sedikit orang Kristen yang boro-boro mengenakan karakter Allah, atau memperagakan hidup-Nya Tuhan, memiliki kelakuan yang baik saja tidak, hidup seturut hukum moral umum pun tidak. Ayat yang mengajarkan, “Apa yang kamu suka orang perbuat kepadamu, buatlah untuk orang lain,” sekarang dibalik, “Apa yang aku tidak suka orang perbuat kepadaku, kubuat untuk orang lain.” Biar dia tahu bagaimana rasanya disakiti, karena dia menyakiti orang. Bagaimana rasanya jika dirusak nama baiknya, karena dia merusak nama baik orang.

Ini adalah potret dari hidup kekristenan yang rusak. Jadi tidak heran kalau di Eropa, di mana pendidikan—teologi khususnya—begitu tinggi, tapi gereja bangkrut, kekristenan habis. Hari ini kita mau belajar dengan rendah hati dan mengakui keadaan kita yang masih carut-marut, compang-camping, masih ada monster yang bisa menguasai diri kita. Maka, jangan sombong, matikan monster itu, dan ini merupakan proses yang berlangsung setiap hari yang kita harus lakukan. Jadi jangan merasa kalau kita sudah ke gereja, berarti kita tidak meninggalkan Tuhan. Padahal pengertian meninggalkan Tuhan bukan hanya orang yang tidak ke gereja lagi, tapi apakah hidup kita benar-benar seturut kehendak Allah.

Jika kita masih memiliki nurani, kita bisa mendengar suara Tuhan, “Mengapa kau tinggalkan Aku?” Hal itu terjadi ketika kita berbuat dosa, pergi ke tempat yang tidak patut, membelanjakan uang sembarangan, atau ketika kita mengambil keputusan untuk kesenangan kita sendiri, kepuasan kita sendiri, apalagi itu melukai orang. Tapi jangan lupa, ada potensi setiap orang untuk menjadi jahat, menjadi bengis, tidak memperagakan kasih Allah, tidak menghasilkan produk Tuhan. Maka mari periksa hidup kita, ketika nanti kita berada di ujung waktu, apakah kita melihat senyum Tuhan?

  continue reading

24 epizódok

Minden epizód

×
 
Loading …

Üdvözlünk a Player FM-nél!

A Player FM lejátszó az internetet böngészi a kiváló minőségű podcastok után, hogy ön élvezhesse azokat. Ez a legjobb podcast-alkalmazás, Androidon, iPhone-on és a weben is működik. Jelentkezzen be az feliratkozások szinkronizálásához az eszközök között.

 

Gyors referencia kézikönyv